Wartawan Sulbar Terkini Diusir Saat Liput Kampanye

Mediapublik.press(Politik) Pasangkayu -  (Sulbar) Romi Isha, wartawan Sulbar Terkini yang meliput kampanye terbatas  yang dilaksanakan salah satu Pasangan Calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Mamuju Utara (Matra), Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) di lapangan Merdeka,  Kota Pasangkayu, Rabu (14/10)  lalu diusir dari lokasi kampanye.

Saat diwawancara, Sabtu (17/10)  Romi  menjelaskan bahwa kedatangannya kelokasi  kampanye, untuk melakukan peliputan untuk dikirim ke medianya.

" Saya datang untuk mengambil gambar serta  meliput  kegiatan salah satu paslon,  ternyata  saya malah dituduh sebagai penyusup,"  terang Romi.

Sebelum dirinya diusir dari  lapangan, menurutnya, mendengar teriakan dari  salah seorang simpatisan Paslon yang mengatakan kalau dirinya penyusup. Ironisnya lagi, saat  ia menggantungkan tanda pengenal wartawannya di leheranya, malahan ada lagi yang berteriak, menuding dirinya adalah wartawan  dari salah satu kandidat. Karena itu,  hampir saja ia dikeroyok saat di antar petugas ke keluar lapangan.

" Bila berbicara UU Pers serta kode etik jurnalis, seorang pekerja pers itu independen dan mempunyai hak yang sama,  meliput dimanapun. Kenapa dengan adanya Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah, red) seperti ini, malahan dibeda-bedakan,  hingga dikatakan ini wartawan Paslon A dan wartawan Paslon  B, itu salah dan melanggar undang-undang. Kita ini bekerja dan dipayungi aturan,” tandasnya.

Romi juga sangat  menyesalkan adanya intimidasi terhadapap dirinya saat menjalankan profesi wartawan. Dimana tuduhan-tuduhan itu dianggap pelecehan atas profesi.  Ia menilai persoalan tidak boleh terjadi lagi. Karena bukan tidak mungkin, wartawan-wartawan lain juga akan mengalami hal yang sama.

"Saya akan melaporkan persoalan ini  kepada pimpinan saya agar segera menyurat ke  Dewan Pers untuk menindaklanjuti persoalan ini, karena menurut saya, ini adalah diskriminasi terhadap kami insan pers,"  tegas Romi.

Sementara itu, Bupati  Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lumbung Informasi Rakyat (Lira) Matra, Abd Rahman As’ad melihat kejadian kejadian yang dialami oleh Romi itu adalah tindakan yang tidak terpuji dari Paslon yang sementara kampanye.

Menurut Rahman, kampanye itu adalah wadah ajakan untuk orang  yang bersifat umum dan bagian dari demokrasi dalam Pilkada. Jangan ada unsur-unsur intimidasi di dalamnya. Apalagi sampai menghalangi wartawan dalam melaksanakan peliputan.

“ Apa maksud melecehkan wartawan dengan menuduhnya sebagai mata-mata dan penyusup. Bukankah sudah jelas, yang bersangkutan sudah menunjukkan identitasnya. Kampanye itu bersifat terbuka dan umum, serta mengandung edukasi,  bukan tertutup  dan penuh rahasia,  hingga ada dikatakan mata-mata dari pihak lawan.  Bagaimana demokrasi mau dilakukan dengan benar, kalau model-model seperti dikembangkan,” papar Rahman.

Dijelaskannya  pula, bahwa persoalan dukung mendukung dalam Pilkada itu hal biasa dalam demokrasi. Kalau personil wartawan mendukung salah satu pasangan calon, itu adalah hak politiknya sebagai warga negara. Tetapi  tidak boleh dilekatkan pada profesi yang disandangnya. Hingga aktvititasnya harus dibatasi, hanya boleh melakukan peliputan pada Paslon tertentu.

“ Inilah yang harus dipahami  bersama, sehingga tidak terjadi seperti yang dialami oleh sudara Romi. Karena memang cukup riskan dalam pembelajaran dan pendewasaan berdemokrasi kita ke depan,” tandasnya. (joni)

Copy

MEDIA PUBLIK

Media Cerdas Bangsa
    Facebook Comment
    Google Comment

0 comments:

Post a Comment